Tenggelam dalam Keramaian

Sore itu, waktu membawaku menepi keujung pulau.
Mengakhiri perjalanan silaturahim kali ini.
Selesai sudah tujuan kami di pulau seberang.
Sekarang, saatnya kembali menyebrang, pulang ke rumah.
Beristirahat dengan tenang, dan bersiap menikmati liburan panjang yg entah akan diisi apa.
Malam mulai menyapa, senja tak terlihat di ujung cakrawala.
Langit tak menampakkan biasan indah warnanya.
Temaram, seolah bersedih karena akan berpisah dengan mentari.
Aku? Beramai-ramai diatas kapal, menikmati penyebrangan tanpa sinyal.
Berharap perjalanan pulang kali ini akan nikmat dan tenang.
Berbaring di tempat yg disediakan, yang lain sibuk dengan masing-masing keinginannya.
Para ibu-ibu yang mulai banyak bicara entah membahas apa,
Para bapak-bapak yg mulai lelah terlelap tidur.
Anak-anak kecil yg sibuk berlari kesana kemari
Dan Beberapa yg lain justru malah asik bermain gawai. Termasuk aku, menulis kutipan cerita ini.
Berdiam sendiri, tak tertarik dengan keramaian.
Memasang alat pendengar dan memutar musik, asik dengan dunia sendiri.
Sambil meneruskan membaca sebuah karya milik salah satu seniman favoritku. Arah Langkah milik Fiersa Besari.
Ya beginilah sesungguhnya, saat yang lain asik berada dalam keramaian. Berbincang sesuka hati, aku lebih memilih sepi.
Bukan karena aku tak perduli, namun aku lebih suka berkutat dengan pikiran yg terlalu ramai. Sampai-sampai aku cuek dengan sekitar.
Banyak org yang berkata bahwa aku adalah org yg tak perduli pada lingkungan. Nyatanya, aku hanya mencari kebahagian dalam kesendirian. Tenang, berkutat dengan ramainya pemikiran.
Disisi lain, banyak penumpang yg juga sedang beristirahat. Aku hanya tidak ingin menjadi salah satu diantara para manusia-manusia berisik yg bisa menganggu kenyamanan.
Karna aku tak ingin diganggu, maka aku tak ingin membuat gangguan.
Entahlah, disebut apa ini. Aku hanya menjaga, ini adalah tempat umum yg sepatutnya diperlakukan sebagaimana seharusnya. Milik bersama, tak saling berisik.
Tak membuat bising, tak membuat gangguan.
Aku terlalu muak dengan keadaan, begini. Tempat umum yg seolah dijadikan milik pribadi.
Boleh kah aku berteriak, sambil memaki bahwa bisa saja mereka mengganggu orang lain? Khususnya aku?

(22/6/19)

Comments

Popular posts from this blog

"Farewell Party" Judulnya

Hey, It's me

Siklus