Aku bingung, lalu menulis

Hari itu, aku terduduk di halaman sebuah tempat.
Aku tak ingat persis itu tempat apa, tapi yang ku ingat semacam Cafe
Bersama seorang manusia yang bisa kita sebut Fian.
Ada sebuah toko obat di samping tempat itu, yang kasirnya adalah adik dari Fian, panggil saja Mawar.
Aku dan Mawar saling mengenal, sayangnya belakangan ini aku sudah lama tak berkomunikasi dengannya. Namun tanpa disangka, justru aku bisa bertemu Mawar di tempat ini.

Letak tempat itu dipinggir jalan raya, dan banyak kendaraan lalu lalang.
Aku tertunduk menatap layar handphone, sedang menunggu balasasn pesan.
Siang itu tak terasa begitu terik, aku menunggu mobil kantor yang akan menjemputku.
Samar dalam ingatan, aku tak tau jelas apa yang membawaku berada di sana.
Fian datang menghampiriku, dan duduk tepat di sebelahku.
Anehnya, dia menunjukkan sikap yang seolah menahanku untuk tidak pergi.
Dia menggandeng tanganku sambil bersandar di bahu.
dia bilang "aku mau kamu di sini aja ya" aku tak ingat persis perkataannya.
Aku hanya ingat dia mencoba merengek dan menahanku agar tidak beranjak.

Anehnya, situasi itu terjadi setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengannya.
Bahkan aku ingat, saat itu aku hanya membiarkan ia memeluk erat tanganku seraya berkata.
"Mawar, liatlah kelakuan kakak kamu ini" kataku kepada Adik Fian yang tak jauh dari tmpt kami duduk.
Mawar melihat kami dan hanya tersenyum, dia kerepotan karena toko obatnya sedang ramai.
"biarin aja mbak, emang gitu dia mah" balas Mawar
Aku hanya tersenyum seraya mengerngitkan dahi melihat kelakuan Fian.
Apa-apaan dia, mengapa tiba-tiba bersikap seperti kucing yang meminta perhatian.

Handphone-ku berbunyi, ada panggilan masuk dari orang kantor.
"tunggu situ aja, nnti mobilnya mampir" ucap orang disebrang sana.
"oke bang, saya tunggu" panggilan terputus, aku bersiap mencari beberapa barang bawaanku yang tidak ada di genggaman.
"Laptop aku tadi di mana ya" sambil mencarinya.
ternyata masih kutinggalkan di atas meja di dalam ruangan.

Fian masih menatpku dengan harap aku tak pergi.
Namun sayang, mobil jemputanku sudah datang.
Aku bersiap pamit, tapi seolah dalam hati berat meninggalkan Fian.
Tanpa pikir panjang aku langsung naik mobil, dan menghilang dari pandangan.
Sepanjang jalan aku masih terheran, kenapa Fian bersikap seperti itu.
Membuat hatiku bimbang untuk melepasnya.
Padahal, ia tak pernah berlaku seperti itu. Bahkan hubungan kami pun telah selesai sebelumnya.

aku masih berkemul dengan pertanyan, pertanyaan kenapa?
aku seolah melihat sosok yang lain saat itu.
saat perasaan ini makin bertanya-tanya, secercah cahaya terlihat di depan mata.
Terang, seolah memaksaku untuk sadar.

Aku sudah jauh dari tempat itu.
dan kini tersadar, bahwa itu hanya mimpi.
Aku mengucek mata perlahan, melihat jam di layar Handphone yang menunjukkan pukul 07.30.

Aneh kataku, bunga tidur yang entah apa artinya.
Aku terbangun dengan perasaan bingung, "kenapa bisa mimpiin dia ya, apa ini karena kepikiran sama Mr. R yang baru nikah? terus tetiba keinget pertanyaan otang-orang yang bilang gimana kalo Fian yang nikah? ahh udahlah, ini cuma bunga tidur aja." gumam ku.
aku langsung beranjak dari kasur, membersihkan pekerjaan rumah sedikit dan bersiap berangkat ke kantor.

selesai.

Comments

Popular posts from this blog

"Farewell Party" Judulnya

Hey, It's me

Siklus