Selesai Sebelum Persimpangan

Ku kira, kita akan bertemu dipersimpangan lalu melanjutkan perjalanan di satu jalan.
Nyatanya, sebelum persimpangan kesempatan untuk mempersatukan tujuan. 
Kau memilih untuk mengambil jalan yang berbeda. 
Kau memilih untuk tak berbelok kearahku.
Padahal persimpangan sudah ada didepan mata.
Kau malah memilih untuk tidak lagi berjalan ke arah yang sama.
Kau menghilang ditengah jalan yang masih kau tempuh.

Walau kita berjalan beriringan, dan sesekali bergandengan. 
Kita memilih untuk mengendorkan genggaman. 
Dan masih tetap berjalan sambil berdoa akan ada ikatan di persimpangan depan.
Lalu kita berada di jalan yg berbeda.
Dipisahkan pembatas jalanan.
Kau di kiri aku di kanan.
Tapi walau begitu, kita masih menuju arah yg sama.

Namun kenyataan lain membuatku tak pernah memperhitungkannya.
Persimpangan selalu ada, tapi selalu berhasil dilewati.
Ku pikir tak akan ada persimpangan yg menarik hati.
Nyatanya, kau memilih mencari jalan lain untuk cepat sampai dirumah.
Bukan rumah yang pernah kita impikan.
Tapi justru rumah baru yang kau pilih untuk jadi tempat pulangmu.

Aku disini hanya mampu berdiam dan mematung sejenak, 
Melihat punggung mu berjalan menjauh.
Aku masih tak sadar akan keadaan yang tak pernah aku bayangkan akan berakhir secepat ini.

Memang benar kata pepatah.
Bahwa kita akan sadar pada rasanya kehilangan saat kita ditinggalkan.
Aku hampir kembali patah
Aku hampir kembali rapuh.
Ku pikir, seperti lagu yang pernah kita dendangkan bersama.
Berpisah itu mudah.
Namun saat semua itu terjadi, tak ada yang mudah.
Apalagi, kali ini diri tak disibukkan dengan aktifitas diluar rumah.
Pandemi masih mengurung manusia-manusia untuk tetap dirumah saja.
Dan aku?
Pikiranku semakin membengkak, ditambah dengan berita yang tak enak untuk dinikmati sendiri.

Aku kecewa, karena beritanya ku ketahui dengan cara yang tak berkesan baik.
Tanpa aba-aba dan tanpa pamit dengan kata.

Untungnya, sebelum kau benar benar menghilang, aku mampu mengejar.
Bukan untuk menarikmu kembali berdampingan.
Tapi untuk menyampaikan sebuah lembar yang berisi pesan.
Tak ada lagi tanya
Tak ada lagi pikiran yang bisa ku sampaikan.
Karena aku sudah tak punya hak atas keinginan itu lagi. 

Sekarang, saat kau sedikit lagi benar-benar pergi dan tak akan bisa ku sentuh lagi.
Aku masih berdiam diri.
Berusaha melepaskan semua yg pernah kau ucapkan sebagai janji.
Merelakan kisah kita berakhir sebelum persimpangan. 
Tak ada yang mampu ku lakukan selain mendoakan.

Berbahagialah dengan jalan yang kau pilih.
Bahagiakan ia dengan seharusnya, jangan dikecewakan. 
Dan jadikan ia tempat terbaikmu ketika butuh sandaran. 
Selamat menempuh hidup yang baru. 
Terimakasih atas semua kenangan dan perjalanan yang sudah kita lewati.
Semuanya terkenang baik dalam hati
Yang kini sudah kusimpan pada sebuah kotak dan ku letakkan dalam lemari.
Entah nanti akan ku buang atau pemiliknya akan datang lagi. 
Yang pasti, kenangan itu akan tetap tersimpan dengan rapi.
Selamat atas pilihanmu. 

Semoga bahagia selalu untukmu. 

05.05.2020||10.37

Comments

Popular posts from this blog

"Farewell Party" Judulnya

Hey, It's me

Siklus