Kisah pada Senja Kali Ini
Lagi-lagi ini soal senja.
Iya, kisah pada senja kali ini bukan
sepenuhnya bercerita tentang cinta.
Kisah pada senja kali ini, bercerita tentang
kesyukuran nikmat yang harus selalu di syukuri. Apapun bentuknya.
I
really don’t like weekend. Bukan gak suka harinya, tapi keadaan jalanan yang
entah kenapa selalu lebih macet dibanding hari kerja.
Katanya mau bahas bersyukur? Kenapa diawali
dengan kalimat mengeluhkan weekend? Hahaha…
Ya, setelah akhirnya berhasil melewati
berbagai macam kemacetan dijalan aku baru tau nikmatnya berkendara sendirian. Mensyukuri
saja mungkin banyak orang justru melakukan hal-hal baik pada akhir pekan.
Aku bersyukur, ketika pada saat itulah kita
bisa keluar dari rutinitas yang biasanya kita kerjaan dengan sama saja setiap
harinya.
Akhir pekan bukan saatnya untuk
bermalas-malasan. Namun saatnya untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat diri
berkembang.
Karena pada dasarnya, hari-hari biasa kita
sudah cukup lelah melakukan rutinitas yang sama. Jika mahasiswa, maka setiap
harinya diisi dengan kuliah dan kegiatan yang berbau kampus lainnya. Jika pekerja,
maka akan berkutat dengan urusan pekerjaannya.
Dan disitulah kadang aku merasa, akhir pekan
adalah waktu yang tepat. Untuk melakukan hal-hal yang tidak bisa kita lakukan
pada hari biasa, mungkin sesekali liburan contohnya. Tapi tak juga harus setiap
minggu ya..
Yang
kupetik pada kisah senja kali ini adalah, ‘selalu ada jalan yang mudah untuk
kita menuju suatu tempat yang baik. Apalagi jalannya diniatkan hanya karena
Allah semata.’
Sepanjang
perjalanan menuju tempat diskusi kebesaran dan keagungan agama-Nya. Disitulah banyak
sekali jalan-jalan sulit yang membuatku merasa muak pada jalanan. Langitnya yang
sesekali meneteskan rintikan hujan, asap polusi dimana-mana dan para manusia
yang kebanyakan tak mau mengalah. Inginnya duluan saja, tanpa berfikir bahaya
menerpa.
Sampai
akhirnya, aku bertemu pada senja, yang selalu aku rindukan. Duduk dibawah
naungan rumah pemilik semesta, diantara orang-orang pencari nikmat surga-Nya. Aku
bersyukur, ketika aku lelah pada perjalanan namun nyatanya, semua itu dimudahkan.
Hanya karena ingin mendapatkan berkah dari Allah semata.
Aku tersedar, ketika pemateri didepan pada
senja kali ini berkata bahwa “dunia hanyalah sebuah ibarat tempat senda gurau
belaka, tempat kita bermain-main, tempat kita mencari urusan. Tapi kita harus
tau, setelah kita lelah bermain, setelah kita selesai dengan segala urusan
dunia, kita harus pulang. Pulang ketempat seharusnya kita berada. Dan untuk
kesanalah, kita perlu bekal. Kita perlu persiapan agar kita dengan mudah bisa
mendapat syafaat dari Rasul-Nya pada hari dimana kita dipanggil untuk pulang. Kita
harus siap”
Seolah
merasa tertampar, aku merasa dunia ini memang hanya tempat bermain. Namun aku
tenggelam dalam permainan dunia, yang sungguh tiada habisnya. Merasa terlalu banyak
bermain pada hal-hal dunia dan lupa bahwa kapanpun aku bisa dpanggil untuk
segera pulang. Bahkan saat aku belum mempersiapkan apapun.
Dan disitulah, kisah senja kali ini
menyadarkanku. Bahwa kita harus selalu berusaha mempersiapkan bekal yang
seharusnya kita siapkan untuk pulang. Terus mencari ilmu untuk memperbaiki
diri, terus dan terus niatkan apapun yang dilakukan hanya semata-mata Lillah
karena Allah Ta’ala.
Eiittsss,
ada satu hal yang menyangkut kisah hati pada senja kali ini. Bahwa benar kata
para penulis favoritku, bahwa cinta memang butuh jarak. Bukan berarti memberi jarak
dan menjauh. Tapi cinta juga butuh kesadaran jiwa, perenungan hati dan
kesabaran diri. Cinta juga butuh waktunya sendiri, apalagi jika cinta yang ada
belum siap kau persatukan dalam sebuah ikatan besar. Maka, jangan pernah coba-coba bermain cinta,
karena jika pada akhirnya kau terburu-buru bilang cinta tanpa mampu
mempersatukannya saat itu juga menjadi sebuah janji pada semesta. Kau hanya
akan menghabiskan waktu menyalahkan dunia, kau hanya akan berkata bahwa kaulah
manusia yang selalu merasakan patah karena cinta. Lalu kau persalahkan dia yang
kau cinta karena perasaan yang tak seharusnya kau rasa. Maka, berbaik hatilah
pada diri. Jangan merasa menjadi manusia paling sakit ketika dirimu sendirilah
yang membuat perasaan sakit itu muncul. Dan percayalah pada takdir,
berikhtiarlah pada nasib. Karena kau takkan pernah tau akan pada siapa akhirnya
cintamu berlabuh. Sekuat apapun kau inginkan dia, belum tentu akhirnya ia jadi
jodohmu. Tapi, jika memang menurutmu dialah yang baik atas pertimbangan hati
dan logikamu, maka banyak-banyaklah beristighfar, banyak-banyaklah berdoa. Apapun
keinginanmu itu, semoga Allah mudahkan. Percayalah, percaya pada Allah semata.
And, remember, “DON’T TRUST ANYONE, EVEN THAT’S ME AND EVEN THAT’S SOMEONE YOU CAN FEEL TRUSTED. Except your God, just trust ALLAH TA’ALA”
Jangan lupa. belajarlah mencintai diri sendiri. Belajarlah memperbaiki diri sendiri. Karena dengan kau mencintai diri sendiri, kau mampu mencintai org lain dengan tulus tanpa merasakan ketakutan-ketakutan yang tak perlu. Dan ketika kau belajar memperbaiki diri sendiri, maka kaupun akan mampu mengajak orang lain, untuk bersama menjadi baik, dan terus berusaha baik.
And, remember, “DON’T TRUST ANYONE, EVEN THAT’S ME AND EVEN THAT’S SOMEONE YOU CAN FEEL TRUSTED. Except your God, just trust ALLAH TA’ALA”
Jangan lupa. belajarlah mencintai diri sendiri. Belajarlah memperbaiki diri sendiri. Karena dengan kau mencintai diri sendiri, kau mampu mencintai org lain dengan tulus tanpa merasakan ketakutan-ketakutan yang tak perlu. Dan ketika kau belajar memperbaiki diri sendiri, maka kaupun akan mampu mengajak orang lain, untuk bersama menjadi baik, dan terus berusaha baik.
#salamaku
-zulfaazkianisa
-zlf.an
Comments
Post a Comment